Teori Organisasi Umum 2 | Pengaruh Perekonomian Global Terhadap Perekonomian di Indonesia

Teori Organisasi Umum 2


Pengaruh Perekonomian Global Terhadap Perekonomian di Indonesia

Perekonomian suatu negara tidak terlepas dari perekonomian negara lainnya dalam suatu perekonomian global. Proses globalisasi ini mengakibatkan masayarakat dan negara didunia terkoneksi bahkan semakin membuat adanya ketergantungan satu sama lainnya tidak hanya dalam hal ekonomi dan teknologi namun secara politik dan budaya. Tanpa disadari perekonomian dunia dewasa ini semakin menuju pada mekanisme pasar yang kompetitif untuk barang dan jasa, modal dan teknologi untuk memecahkan perekonomian nasional.

Implementasi dari keterkaitan dan ketergantungan satu negara dengan negara lainnya adalah ketatnya persaingan baik dalam hal produk barang dan jasa, modal, teknologi, sumber daya manusia. Khusus untuk pasar Investasi, memungkinkan suatu negara berkompetisi dalam hal penyediaan fasilitas dan prosedur yang memadai untuk kegiatan investasi. Apabila suatu negara kurang akomodatif terhadap pasar global ini bahkan kurang memiliki keunggulan akan dapat membahayakan negara tersebut dan terdepak oleh negara lain yang lebih unggul dan lebih terbuka terhadap perekonomiannnya.
Globalisasi telah mengakibatkan terjadinya keterkaitan antar bangsa dan persaingan antar bangsa. Keterkaitan dan ketergantungan antar negara sebagai akibat globalisasi akan menimbulkan persaingan dan persaingan ini masing-masing negara akan meningkatkan daya saing yang pada akhirnya terwujud dalam hubungan perdagangan. Dengan globalosasi setiap negara akan sangat penting untuk meningkatkan daya saing karena hanya negara yang memiliki daya saing produk dan SDM yang baik dan dengan dukungan infrastrutur, teknologi, serta sistem dan kualitas kerja yang baik dan efisien, serta budaya korporasi yang baik, yang akan mampu memanfaatkan dan menang dalam mengambil peluang globalisasi tersebut.

Globalisasi yang melahirkan perdagangan bebas pada dasarnya tidak muncul untuk menjadi ancaman bagi suatu negara, namun merupakan peluang bagi seluruh negara di dunia untuk meningkatkan kinerja ekonominya sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya. Globalisasi membuat suatu negara menyiapakan SDM untuk memiliki kualifikasi pesaing dalam persaingan pasar global sehingga dapat menjadi pelaku ekonomi dan pelaku yang kreaif dan inovatif dalam pasar tenaga kerja.

Kondisi Perekonomian Global
Badai krisis ekonomi AS tahun 2008 dan krisis keuangan negara Eropa di akhir tahun 2014 hampir berlalu dan mengarah pada kondisi ekonomi sebelum krisis tersebut dengan adanya tanda-tanda pertumbuhan ekonomi positif serta adanya peningkatan lapangan pekerjaan di negara-negara tersebut. Terpuruknya Ekonomi Jepang di akhir tahun 2014 juga diawal tahun 2015 ini telah menunjukkan pertumbuhan ekonomi yang positif. Kondisi perekonomian global yang dimotori oleh AS, Uni Eropa, Rusia, Cina, Arab Saudi dan Jepang akan membawa dampak pada perekonomian global. Kekuatan ekonomi beberapa negara ini menyebabkan banyak negara memiliki ketergantungan tinggi secara ekonomi.

Kondisi yang diwaspadai bahwa perekonomian dunia saat ini diperhadapkan pada kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga di tahun 2015 ini. Kebijakan The Fed yang menaikkan suku bunga berdampak pada penguatan mata uang US dollar terhadap mata uang lainnya secara berkelanjutan. Selain itu, menurunnya harga pasar dan komoditas akan terus menghambat pemenuhan kebutuhan domestic suatu negara pengeksport komoditas tersebut. Kemudian jatuhnya harga minyak mentah akan berdampak negative terhadap negara pengeksport yakni akan memperlemah aktifitas perekonomian negara tersebut, namun juga berdampak positif terhadap negara pengimport untuk memperbaiki neraca perdagangannya.

Kondisi Perekonomian Indonesia
Perekonomian Indonesia di kwartal I tahun 2015 ini yang paling menonjol adalah jatuhnya nilai tukar rupiah. Secara ekonomi Rupiah adalah harga diri bangsa Indonesia oleh karena Rupiah adalah milik bangsa dan negara Indonesia. Oleh karenanya tidak dapat disangkal bahwa penurunan nilai rupiah adalah penurunan terhadap harga diri bangsa Indonesia. Beberapa kebijakan fiscal dan moneter telah dibuat namun sampai awal Juni 2015 ini nilai tukar rupiah terhadap US dolar belum juga stabil bahkan sudah mencapai $1 US sudah bertengger diatas Rp 13.300,-. Benar bahwa menurunnya nilai tukar rupiah akan menguntungkan pelaku eksport, namun harga komoditas dunia sementara ini menurun dan negara-nagara pengimport terhadap barang Indonesia belum sepenuhya bangkit dari krisis ekonomi seperti Amerika, Eropa dan Jepang, dan negara-negara inilah pasar tradisional Indonesia.
Pelemahan rupiah akhir-akhir ini terjadi oleh karena kinerja neraca pembayaran Indonesia yang negative atau defisit transaksi berjalan. Kinerja ini nampak pada Investasi Asing yang masuk di dalam Negeri yang belum maksimal. Selain itu yang paling utama mengguncang nilai tukar rupiah adalah memebengkaknya pemerintah dan Swasta. Dengan menurunnya nilai tukar rupiah secara langsung akan meningkatkan jumlah utang dan hal ini pasti akan meningatkan permintaan valas khususnya dolar US,
Sementara pada sisi lain, pendapatan dolar hasil dari ekspor terus menurun, karena permintaan bahan baku dari negara pengenskpor alias negara maju juga turun, karena faktor internal ini terjadi di semua negara. Selain itu, investasi disektor financial ini sangat rentan dan waktunya sangat jangka pendek sehingga dengan mudah terjadi capital out fly dan akan mengganggu stabilitas nilai kurs rupiah. Selain itu sebagau akibat dari kebijakan The Fed menaikkan tingkat suku bunga akan makin membahayakan permintaan US dolar.

Pelemahan rupiah benar akan menguntungkan pelaku eksport namun akan memukul importir khususnya import barang modal dan bahan baku infrastruktur di tanah air. Ditengah pencanangan program pemerintah untuk percepatan pembangunan infrastruktur akan terkendala dengan mahalnya bahan baku dan barang modal. Importir melemah akan membahayakan perekonomian nasional oleh karena tidak sedikit sumber daya yang ada pada usaha tersebut. Pelemahan nilai tukar juga akan meningkatkan harga barang di pasar khususnya barang impor maupun barang yang bahan bakunya adalah impor.

Sementara itu, di kwartal I tahun 2015 ini perekonomian Indonesia ditandai dengan pertumbuhan yang melambat dengan pertumbuhan 4,7%. Pertumbuhan ekonomi yang melambat oleh karena rendahnya pertumbuhan konsumsi, pelemahan pertumbuhan konsumsi oleh karena daya beli masyararat yang secara nominal bisa tetap namun secara riil turun oleh karena harga pasar yang naik yang diakibatkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah. Pertumbuhan ekonomi yang melambat juga merupakan ancaman APBN oleh karena target dan realisasi pajak. Ancaman realiasasi pajak ini bisa dan merupakan potensi menambah utang pemerintah.
Disektor moneter tingginya suku bunga BI rate benar bahwa kebijakan mencegah menurunnya money supply untuk mengendalikan inflasi serta mencegah naiknya permintaan US dollar. Akibat tingginya BI rate ini berakibat pada penurunan pertumbuhan investasi domestic serta pertumbuhan kredit perbankan. Investasi ini pada hal akan meningkantan lapangan pekerjaan serta pertumbuhan ekonomi
Previous
Next Post »